Sabtu, 25 April 2015

contoh makalah pertumbuhan ilmu pengetahuan islam menurut al-kindi



MAKALAH
PERTUMBUHAN ILMU PENGETAHUAN ISLAM MENURUT AL-KINDI
Ditunjukan sebagai salah satu tugas PAI untuk memenuhi kelengkapan pelajaran pada bab terakhir


Disusun oleh kelompok 5 :  - kiki ikhlas sari
-         Pini Yuliani
-         Mulky Analky S
-         Purwanti Agustina
-         Nia Kurniasih
-         Rahmad Fauzi S
-         M Arbiansyah


Kelas VIII D
SMPN 2 Cikalong Wetan Kabupaten. Bandung Barat
Jalan. Raya Purwakarta Cikalong Wetan
                                             Tahun 2013

KATA PENGANTAR
 Puji Syukur kami panjatkan kehadirat tuhan yang maha esa. Karna atas karunia-Nya kami dapat mengerjakan tugas ini, sehingga dapat terselesaikan dengan cukup baik.
Lembaran-lembaran ini berupa uraian-uraian tentang pertumbuhan ilmu pengetahuan islam dan tokoh ilmuan islam. Yaitu Al-Kindi, beserta pemikirannya. Sehingga makalah ini berjudul “Pertumbuhan Ilmu Pengetahuan Islam menurut Al-Kindi.
Makalah ini tidak mungkin selesai tepat waktu  tanpa kekompakan kelompok kami. Atas kesalahan dan kekurangannya kami mohon maap.
Akhir kata sebelum dan sesudahnya kami mengucapkan terima kasih. Semoga makalah ini bermanpaat bagi semuanya.










                                                                        i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR...................................................................................... i
DAFTAR ISI ................................................................................................. ii
MATERI
1.      PENDAHULUAN ...................................................................... 1
2.      BIOGRAFI AL-KINDI .............................................................. 2-6
3.       PEMIKIRAN AL-KINDI............................................................ 7
4.      KESIMPULAN............................................................................ 8
                        REFERENSI.................................................................................................. 8













                                                                        ii
1.Pendahuluan
Kalaupun Islam muncul sebagai sistem peradaban yang mandiri, maka hal itu merupakan realitas sejarah yang tentu saja bukan untuk arah utama Islam sebagai agama yang hadir. Dalam arti, Allah mengutus Muhammad membawa Islam tentulah “tidak direncanakan” untuk muncul sebagai sebuah peradaban. Islam muncul sebagai sebuah agama dengan membawa  aneka sistem keagamaan. Oleh karenanya, harus dipahami perbedaan Islam sebagai agama dengan Islam sebagai peradaban.
Peradaban Islam muncul tidak lepas dari berbagai pemikiran yang berkembang dalam Islam. Berbagai pemikiran yang muncul tersebut biasa disebut filsafat Islam. Pemikiran yang berkembang dalam filsafat Islam memang didorong oleh pemikiran filsafat Yunani yang masuk ke Islam. Namun, hal itu tidak berarti bahwa filsafat Islam adalah nukilan dari filsafat Yunani. Filsafat Islam adalah hasil interaksi dengan filsafat Yunani dan yang lainnya. Hal itu dikarenakan pemikiran rasional umat Islam telah mapan sebelum terjadinya transmisi filsafat Yunani ke dalam Islam.
Filsafat Islam yang dipelopori oleh para filosof muslim timur telah mengembangkan sayapnya dan menancapkan cakarnya dengan kuat. Dimulai dari al-Kindi sebagai filosof Islam pertama kali, kemudian disusul oleh para filosof yang lainnya. Karena merupakan filosof yang pertama kali, maka al-Kindi dijuluki sebagai bapak filsafat Islam. Setelah masa al-Kindi, kemudian dilanjutkan oleh berbagai filosof yang masing-masing mengembangkan karakternya masing-masing.
Al-Kindi dalam kapasitasnya sebagai seorang filosof, mampu mempersatukan agama dengan filsafat. Ia mampu membuat argumen yang menyatakan bahwa agama dan filsafat itu sama-sama benar. Selain pemikirannya tersebut, ia juga mempunyai pemikiran mengenai al-nafs atau jiwa. Sehingga dapat dikatakan sebagai seorang bapak filosof Islam pertama, pengetahuan al-Kindi sungguh komplit dan komprehensif. Maka dari itu, penulis akan membahas secara mendetail pemikiran kedua tokoh tersebut dalam karya yang berjudul ” Al-Kindi: Filsafat, Agama dan Al-Nafs”.

                                                                        1
2.     Biografi al-Kindi
Nama lengkapnya Abu Yusuf Ya’qub bin Ishaq al-Kindi. Dia lahir di Kufah, Irak, pada 801 M/185 H. Gelar al-Kindi dinisbatkan pada nama suku Kindah di wilayah Arabia Selatan. Dari suku Kindah ini pula, lahir seorang penyair besar bernama Imra`ul Qais (w. ± 540 M). Banu Kindah adalah suku keturunan Kindah yang sejak dulu menempati daerah selatan Jazirah Arab yang tergolong memiliki apresiasi kebudayaan yang cukup tinggi dan banyak dikagumi orang. Ayahnya, Ishaq, adalah gubernur Kufah di masa pemerintahan al-Mahdi (775-785) dan al-Rasyid (786-809). Ayahnya meninggal beberapa tahun setelah al-Kindi lahir. Dengan demikian, al-Kindi dibesarkan dalam keadaan yatim. Kakeknya Asy’ats bin Qais, dikenal sebagah salah seorang sahabat Nabi Muhammad SAW. Bila ditelusuri nasabnya, Al-Kindi merupakan keturunan Ya’rib bin Qathan, raja di wilayah Qindah. Para ulama berbeda pendapat mengenai agama al-Kindi, sebagian berpendapat bahwa al-Kindi adalah seorang Yahudi lalu masuk Islam, yang lain berpendapat bahwa al-Kindi adalah seorang beragama Nasrani lalu masuk Islam. Masalah tersebut sebenarnya tidak menjadi masalah yang signifikan. Karena yang penting adalah ia merupakan filosof muslim pertama yang berusaha mengintegrasikan wahyu dengan filsafat.
Al-Kindi yang dilahirkan di Kufah pada masa kecilnya memperoleh pendidikan di Basrah. Kemudian, dia melanjutkan dan menamatkan pendidikan di Baghdad. Sejak belia, dia sudah dikenal berotak encer. Tiga bahasa penting dikuasainya, yakni Yunani, Suryani, dan Arab. Sebuah kelebihan yang jarang dimiliki orang pada era itu. Tentang guru-gurunya tidak dikenal, karena tidak terekam dalam sejarah hidupnya. Tetapi dapat dipastikan ia mempelajari ilmu-ilmu sesuai dengan kurikulum pada masanya. Ia mempelajari al-Qur’an, membaca, menulis dan berhitung. Kemudian ia mempelajari ilmu kedokteran, filsafat, ilmu hitung, mantiq (logika), geometri, astronomi dan sebagainya. Pendeknya ilmu-ilmu yang berasal dari Yunani juga ia pelajari. Dari buku-buku Yunani yang telah diterjemahkan ke dalam bahasa Suryani inilah al-Kindi menerjemahkannya ke dalam bahasa Arab.
Maka dari itu, lantas dia termasyhur sebagai seorang ilmuwan filsafat, kedokteran dan ilmu-ilmu spesifik. Al-Kindi merupakan seorang yang jenius yang menguasai berbagai ilmu, termasuk kedokteran. Al-Kindi adalah seorang penulis dan ilmuwan ensiklopedi. Ia adalah seorang yang cukup produktif dalam berkarya. Karyanya cukup banyak bahkan mencapai
                                                                        2
ratusan, namun hanya berupa karya yang kecil-kecil. Ibn Nadhim, sebagaimana dikutip Maftuhin, menyebutkan lebih dari 230 buah. Sedangkan George N.Atiyeh, menyebutkan judul-judul makalah dan kitab-kitab karangan al-Kindi sebanyak 270 buah. Karya-karya yang dihasilkannya menunjukan bahwa Al-Kindi adalah seorang yang berilmu pengetahuan yang luas dan dalam.
Al-Kindi telah menulis hampir seluruh ilmu pengetahuan yang berkembang pada saat itu. Tetapi, di antara sekian banyak ilmu, ia sangat menghargai matematika. Hal ini disebabkan karena matematika, bagi al-Kindi, adalah mukaddimah bagi siapa saja yang ingin mempelajari filsafat. Mukaddimah ini begitu penting sehingga tidak mungkin bagi seseorang untuk mencapai keahlian dalam filsafat tanpa terlebih dulu menguasai matematika. Matematika di sini meliputi ilmu tentang bilangan, harmoni, geometri dan astronomi. Yang paling utama dari seluruh cakupan matematika di sini adalah ilmu bilangan atau aritmatika karena jika bilangan tidak ada, maka tidak akan ada sesuatu apapun. Di sini kita bisa melihat samar-samar pengaruh filsafat Phytagoras.
Sebagai ilmuwan serba bisa, Al-Kindi tak cuma melahirkan pemikiran di bidang filsafat saja. Salah satu karyanya yang termasuk fenomenal adalah Risalah Fi Istikhraj al-Mu’amma. Kitab itu mengurai dan membahas kriptologi atau seni memecahkan kode. Dalam kitabnya itu, Al-Kindi memaparkan bagaimana kode-kode rahasia diurai. Teknik-teknik penguraian kode atau sandi-sandi yang sulit dipecahkan dikupas tuntas dalam kitab itu. Selain itu, ia juga mengklasifikasikan sandi-sandi rahasia serta menjelaskan ilmu fonetik Arab dan sintaksisnya. Yang paling penting lagi, dalam buku tersebut, A-Kindi mengenalkan penggunaan beberapa teknik statistika untuk memecahkan kode-kode rahasia. Kriptografi dikuasainya, lantaran dia pakar di bidang matematika. Di area ilmu ini, ia menulis empat buku mengenai sistem penomoran dan menjadi dasar bagi aritmatika modern. Al-Kindi juga berkontribusi besar dalam bidang geometri bola, bidang yang sangat mendukungnya dalam studi astronomi.
Bekerja di bidang sandi-sandi rahasia dan pesan-pesan tersembunyi dalam naskah-naskah asli Yunani dan Romawi mempertajam nalurinya dalam bidang kriptoanalisa. Ia menjabarkannya dalam sebuah makalah, yang setelah dibawa ke Barat beberapa abad sesudahnya diterjemahkan sebagai Manuscript on Deciphering Cryptographic Messages. ”Salah satu cara
                                                                        3
untuk memecahkan kode rahasia, jika kita tahu bahasannya adalah dengan menemukan satu naskah asli yang berbeda dari bahasa yang sama, lalu kita hitung kejadian-kejadian pada tiap naskah Pilah menjadi naskah kejadian satu, kejadian dua, dan seterusnya,” kata Al-Kindi. Setelah itu, lanjut Al-Kindi, baru kemudian dilihat kepada teks rahasia yang ingin dipecahkan. Setelah itu dilanjutkan dengan melakukan klasifikasi simbol-simbolnya. ”Di situ kita akan menemukan simbol yang paling sering muncul, lalu ubahlah dengan catatan kejadian satu, dua, dan seterusnya itu, sampai seluruh simbol itu terbaca.” Teknik itu, kemudian dikenal sebagai analisa frekuensi dalam kriptografi, yaitu cara paling sederhana untuk menghitung persentase bahasa khusus dalam naskah asli, persentase huruf dalam kode rahasia, dan menggantikan simbol dengan huruf.
Al-Kindi juga meletakkan dasar-dasar teori relativitas. Sesungguhnya, tak mengejutkan jika ilmuwan besar sekaliber Al-Kindi telah mencetuskan teori itu pada abad ke-9 M. Apalagi, ilmuwan kelahiran Kufah tahun 801 M itu pasti sangat menguasai kitab suci al-Qur’an. Sebab, tak diragukan lagi bahwa ayat-ayat al-Qur’an mengandung pengetahuan yang absolut dan selalu menjadi kunci tabir misteri yang meliputi alam semesta raya ini. Ayat-ayat al-Qur’an yang begitu menakjubkan inilah yang mendorong para saintis Muslim di era keemasan mampu meletakkan dasar-dasar sains modern. Sayangnya, karya-karya serta pemikiran para saintis Muslim dalam bidang ilmu pengetahuan dan teknologi telah ditutup-tutupi. Dalam al-Falsafa al-Ula, ilmuwan bernama lengkap Yusuf Ibnu Ishaq al-Kindi itu telah mengungkapkan dasar-dasar teori relativitas. Sayangnya, sangat sedikit umat Islam yang mengetahuinya. Sehingga, hasil pemikiran yang brilian dari era kekhalifahan Islam itu seperti tenggelam ditelan zaman. Menurut Al-Kindi, fisik bumi dan seluruh fenomena fisik adalah relatif. Relativitas, kata dia, adalah esensi dari hukum eksistensi. “Waktu, ruang, gerakan, dan benda, semuanya relatif dan tak absolut,” cetus Al-Kindi. Namun, ilmuwan Barat, seperti Galileo, Descartes, dan Newton, menganggap semua fenomena itu sebagai sesuatu yang absolut. Hanya Einstein yang sepaham dengan Al-Kindi. “Waktu hanya eksis dengan gerakan; benda dengan gerakan; gerakan dengan benda,” papar Al-Kindi. Selanjutnya, Al-Kindi berkata, “… jika ada gerakan, di sana perlu benda; jika ada sebuah benda, di sana perlu gerakan.” Pernyataan Al-Kindi itu menegaskan bahwa seluruh fenomena fisik adalah relatif satu sama lain. Mereka tak independen dan tak juga absolut.
                                                                        4
Gagasan yang dilontarkan Al-Kindi itu sama dengan apa yang diungkapkan Einstein dalam teori relativitas umum. “Sebelum teori relativitas dicetuskan, fisika klasik selalu menganggap bahwa waktu adalah absolut,” papar Einstein dalam La Relativite. Menurut Einstein, pendapat yang dilontarkan oleh Galileo, Descartes, dan Newton itu tak sesuai dengan definisi waktu yang sebenarnya. Menurut Al-Kindi, benda, waktu, gerakan, dan ruang tak hanya relatif terhadap satu sama lain, namun juga ke objek lainnya dan pengamat yang memantau mereka. Pendapat Al-Kindi itu sama dengan apa yang diungkapkan Einstein. Dalam Al-Falsafa al-Ula, Al-Kindi mencontohkan, seseorang melihat sebuah objek yang ukurannya lebih kecil atau lebih besar menurut pergerakan vertikal antara bumi dan langit. Jika orang itu naik ke atas langit, dia melihat pohon-pohon lebih kecil. Jika dia bergerak ke bumi, dia melihat pohon-pohon itu jadi lebih besar.
Al-Kindi mempunyai beberapa karya, bahkan cukup banyak dalam berbagai bidang. Ratusan karyanya itu dipilah ke berbagai bidang, seperti filsafat, logika, ilmu hitung, musik, astronomi, geometri, medis, astrologi, dialektika, psikologi, politik dan meteorologi. Bukunya yang paling banyak adalah geometri sebanyak 32 judul. Filsafat dan kedokteran masing-masing mencapai 22 judul. Logika sebanyak sembilan judul dan fisika 12 judul. Buah pikir yang dihasilkannya begitu berpengaruh terhadap perkembangan peradaban Barat pada abad pertengahan. Karya-karyanya diterjemahkan ke dalam bahasa Latin dan bahasa Eropa. Buku-buku itu tetap digunakan selama beberapa abad setelah ia meninggal dunia.
Al-Kindi dikenal sebagai filosof Muslim pertama, karena dialah orang Islam pertama yang mendalami ilmu-ilmu filsafat. Hingga abad ke-7 M, filsafat masih didominasi orang Kristen Suriah. Al-Kindi tak sekedar menerjemahkan karya-karya filsafat Yunani, namun dia juga menyimpulkan karya-karya filsafat Helenisme. Salah satu kontribusinya yang besar adalah menyelaraskan filsafat dan agama. Setelah era Khalifah al-Mu’tasim berakhir dan tampuk kepemimpinan beralih ke al-Watiq dan Al-Mutawakkil, peran al-Kindi semakin dipersempit. Namun, tulisan kaligrafinya yang menawan sempat membuat Khalifah kepincut. Khalifah al-Mutawakkil kemudian menjadikannya sebagai ahli kaligrafi istana. Namun, itu tak berlangsung lama. Ketika Khalifah al-Mutawakkil tak lagi menggunakan paham Muktazilah sebagai aliran pemikiran resmi kerajaan, al-Kindi tersingkir. Ia dipecat dari berbagai jabatan yang sempat diembannya. Jabatannya sebagai guru istana pun diambil alih ilmuwan lain yang
                                                                        5
tak sepopuler al-Kindi. Friksi pun sempat terjadi, perpustakaan pribadinya sempat diambil alih putra-putra Musa. Namun akhirnya al-Kindiyah – perpustakaan pribadi itu – dikembalikan lagi. Ia meninggal pada sekitar tahun 873 M.
Namun, sayangnya buku-bukunya yang masih ada berjumlah kurang dari 20, segelintir dalam bahasa Arab, tetapi sebagian besar lainnya dalam terjemahan latin. Maftuhin menyebutkan bahwa karya al-Kindi pernah diterbitkan oleh Prof.Abu Ridah dengan judul Rasail al-Kindi al-Falasifah (Makalah-Makalah Filsafat al-Kindi), yang berisi 29 makalah dan Prof.Ahmad Fuad al-Ahwani dengan judul Kitab al-Kindi ila al-Mu’tasim Billah fi al-Falsafah al-Ula (Surat al-Kindi kepada Mu’tasim Billah tentang Filsafat Pertama). Kurangnya sumber menimbulkan kesulitan yang cukup besar dalam memberikan catatan yang sistematis tentang filsafat al-Kindi. Akan tetapi, penulis rasa deskripsi di atas sudah cukup untuk menggambarkan siapa al-Kindi dan perannya sebagai filosof pertama.
Al-Kindi adalah orang pertama yang memperkenalkan filsafat di dunia Islam. Menurut al-Kindi, fungsi filsafat sesungguhnya bukan untuk menggugat kebenaran wahyu atau untuk menuntut keunggulan yang lancang atau menuntut persamaan dengan wahyu. Filsafat haruslah sama sekali tidak mengajukan tuntutan sebagai jalan tertinggi menuju kebenaran dan mau merendahkan dirinya sebagai penunjang bagi wahyu. Menurutnya, sebagaimana dikutip oleh Salam, tidak pada tempatnya malu mengakui kebenaran darimana saja sumbernya. Bagi mereka yang mengakui kebenaran tidak sesuatu yang lebih berharga daripada kebenaran itu sendiri dan tidak pernah meremehkan martabat orang yang menerimanya. Ia adalah orang yang berusaha untuk menggabungkan antara kebenaran yang bersumber dari filsafat dan kebenaran yang bersumber dari wahyu. Jadi ia berusaha menyesuaikan antara akal dengan wahyu.




                                                                        6
3. Pemikiran al-Kindi
Menurut al-Kindi, agama dan filsafat tidak mungkin bertentangan. Agama di samping sebagai wahyu juga menggunakan akal, dan filsafat juga menggunakan akal. Al-Kindi memandang filsafat sebagai ilmu pengetahuan yang mulia. Sebab, melalui filsafat-lah, manusia bisa belajar mengenai sebab dan realitas Ilahi yang pertama dan merupakan sebab dari semua realitas lainnya. Baginya, filsafat adalah ilmu dari segala ilmu dan kearifan dari segala kearifan. Ia mendefinisikan filsafat sebagai pengetahuan tentang segala sesuatu sejauh jangkauan pengetahuan manusia. Karena itu, al-Kindi dengan tegas mengatakan bahwa filsafat memiliki keterbatasan dan bahwa ia tidak dapat mengatasi problem semisal mukjizat, surga, neraka, dan kehidupan akhirat. Dalam semangat ini pula, al-Kindi mempertahankan penciptaan dunia ex nihilio, kebangkitan jasmani, mukjizat, keabsahan wahyu, dan kelahiran dan kehancuran dunia oleh Tuhan. Filsafat, dalam pandangan al-Kindi bertujuan untuk memperkuat agama dan merupakan bagian dari kebudayaan Islam. Al-Kindi menjembatani antara filosof dan fuqaha melalui terjemahan buku-buku filsafat, antara lain dalam terjemahan itu ia memberikan ulasan-ulasan dan komentar maksud sebenarnya dari pengarang filsafat tu, sehingga para pembaca memahami dengan jelas. Ia menjelaskan bahwa filsafat dapat digunakan untuk pembinaan dan perkembangan kemajuan agama dengan memberikan argumentasi-argumentasi yang dapat diterima akal.
Al-Kindi telah membukakan pintu bagi penafsiran filosofis terhadap al-Qur’an, sehingga menghasilkan persesuaian antara wahyu dan akal, berdasar pada tiga alasan berikut:
  1. Ilmu agama merupakan bagian dari filsafat
  2. Wahyu yang diturunkan pada Nabi dan kebenaran filsafat saling bersesuaian.
  3. Menuntut ilmu dibenarkan keduanya.
Dalam tulisannya, Kammiyat Kutub Aristoteles, sebagaimana dikutip Syarif,ia mengemukakan beberapa pendapat tentang filsafat dan agama, sebagai berikut:
  1. Filsafat adalah ilmu kemanusiaan yang dicapai oleh filosof dengan berfikir, belajar dan usaha-usaha manusiawi. Sementara itu, agama adalah ilmu ketuhanan, yang didapat tanpa proses belajar, berfikir dan usaha manusiawi.
7
  1. Jawaban filsafat menunjukkan ketidakpastian dan pemikiran juga perenungan. Sementara itu, agama menunjukkan jawaban yang pasti (mutlak benar) tanpa pemikiran atau perenungan.
  2. Filsafat menggunakan metode logika, sedangkan agama menggunakan metode keimanan.
Jadi, ia berusaha mensinkronkan antara agama dan filsafat, yang itu semua memberi jalan lurus kepada para filosof sesudahnya yang berkembang di dunia Islam. Karena tidak dapat dipungkiri, apabila filsafat yang berkembang pada awalnya ini tidak sinkron dengan Islam, maka secara otomatis akan ditolak oleh para ulama dan mendapat tanggapan yang keras.
4.     Kesimpulan
Dari pembahasan tersebut, maka penulis dapat mengambil kesimpulan sebagai berikut:
  1. Nama lengkapnya Abu Yusuf Ya’qub bin Ishaq al-Kindi. Dia lahir di Kufah, Irak, pada 801 M/185 H. Ia adalah filosof muslim pertama. Sebenarnya al-Kindi mempunyai banyak karya, namun karya tersebut hanya berupa risalah yang kecil-kecil dan sekarang sulit diakses.
  2. Pemikiran filsafat al-Kindi yang terbesar adalah berusaha memadukan antara agama dengan filsafat. Di samping itu, ia juga mempunyai pemikiran dalam bidang metafisika, epistemologi, jiwa dan aksiologi.


 REFERENSI
                                                          8

Kumpulan puisi islam



PENYE SALAN
kiki ikhlas sari
Serpihan sesal tak pernah terbendung
Saat ku lupa padamu
Saat ku hilaf padamu
Tak berada dijalanmu
Tak pernah ku pedulikan laranganmu
Tak pernah ku pedulikan nasehatmu
Hingga ku hilang kendali
Dan sulit tuk kembali
Hingga tiba saatnya kau menegurku
Dengan cara – caramu
Dan membuatku tersadar
Bahwa ku berada di jalan yang sasar
Kini ku tersadar
Bahwa kau begitu besar
Bahwa kau begitu adil
Hingga ku dapat mengendalikan sikapku kembali


 BILA TIBA

Kiki ikhlas sari
Ketika ajal menghampiri diri
Yang tak bisa untuk kau hindari
Kemana bisa engkau lari
Tak ada tempat tuk sembunyi
Saat tiba nafas diujung hela
Mulutpun terkunci tanpa suara
Tak ada yang tahu apa yang dirasa
Hanya dapat menangis tanpa suara
Hingga tibalah saatnya berganti dunia
Alam yang sangat jauh berbeda
Alam pembalasan amal dan keburukan kita
Didunia….
Persiapkanlah diri kita untuk semuanya
Untuk menghadapi ajal nya
Untuk menjawab pertanyaannya
Bahkan untuk alam setelahnya




MENCINTAIMU
Kiki ikhlas sari
Mencintaimu…. Indahnya hidupku
Mengingatmu….tenang jiwaku
Mempercayai keberdaanmu…..aman terasa hidupku
Melihatmu adalah impianku
Mentari bersinar dilangit
Gunung menjulang tinggi
Laut terhampar luas
Adalah bukti keberdaanmu
Inginku selalu berada dijalanmu
Agar ku dapat bertemu denganmu
Ingin ku selalu mengingatmu
Agar terasa dekat selalu , dihatiku